Tulisan Tidak Selesai Juga? Ini Nih Alasannya!

Sumber: cita-citaku.com

MENULIS, satu kata yang begitu banyak diminati oleh semua orang dan juga semua kalangan. Aktivitas satu ini tentunya menarik perhatian banyak orang tak hanya mengasyikan tapi juga menguntungkan. Tapi, menulis yang dianggap mudah oleh semua orang, pada kenyataannya tak semudah yang dibayangkan. Butuh semangat yang tinggi, serta usaha yang keras untuk melakukannya. Tak hanya hidup aja yang banyak hambatan, menulis pun banyak hambatannya, salah satunya munculnya banyak alasan yang membuat tulisan seseorang tertunda. Saat menunda-nunda sudah menjadi kebiasaan, bukan hanya kekecewaan yang kamu rasakan tapi tentu menyakitkan hati. Misalnya, Gara-gara menunda meminang sang pujaan hati, eh akhirnya si dia ke pelaminannya sama orang lain. Pastinya menyakitkan dan bikin galau L Hal ini pun berlaku dalam menulis, terus-terusan menunda tulisan kamu, tahu-tahu tema yang kamu angkat udah keduluan diterbitin sama orang lain, bestseller  lagi! Wah, pasti nyesek dan bikin mewek.
Menunda-nunda dengan berbagai alasan adalah hambatan kuat yang harus didobrak dengan energi yang kuat pula. Hambatan satu ini, pastinya sudah dirasakan oleh semua orang yang menyandang nama penulis, namun hal ini menjadi tantangan setiap penulis untuk bisa memusanahkan tantangan tersebut dan tetap berjuang menggapai apa yang dicita-citakan. Tak sedikit yang bisa menghadapinya, tapi masih banyak juga yang terperangkap oleh hambatan tersebut, yang pada akhirnya muncul berbagai keluhan.
Kenapa sih tulisan saya gak kelar-kelar? Kok yang lain udah nerbitin buku aja sih?
Bilangnya pengen nerbitin buku, tapi nulisnya jarang, dicicil perhari pun jarang. Alasannya sibuk dan gak keburu. Kalau memang seperti itu, gak usah bermimpi bukunya diterbitin. Terlalu banyak alasan, membuatmu menundanya dan bukunya pun gak jadi-jadi. Sebuah pengharapan yang tak berarti. Aktif di mulut, tapi pasif dalam aplikasi. Kebiasaan menunda-nunda adalah duri tertajam yang harus dimusnahkan setiap para penulis. Pastikan kamu tetap menulis, meskipun hanya satu kata per-harinya, karena menulis setiap hari akan membual skill menulis kamu lebih tajam. Hal yang membuat penulis menunda tulisannya:
  • Bilangnya lagi gak mood, gak ada ide jadinya bikin malas. Kalau seperti itu ceritanya, ya udah jangan mau jadi penulis. Gak mood, gak ada ide harusnya tidak menurunkan rasa semangatmu untuk menjadi penulis. Gak ada ide bukan bikin malas, harusnya kamu terus berusaha untuk mencari ide tersebut, karena ide bukan untuk ditunggu melainkan untuk dijemput.
  • Sibuk banyak tugas/ kerjaan. Siapa sih manusia yang gak sibuk? Semua orang punya kesibukan masing-masing. Perbedaannya ada yang bisa me-manage waktunya dengan baik dan adapula yang menjalankannya penuh sia-sia. Gak perlu so sibuk, masih banyak di luar sana yang kesibukannya lebih dari yang kamu rasakan, ada yang sibuk mengajar sebagai dosen, sibuk menata negara, sibuk syuting di berbagai lokasi, tapi buktinya mereka masih bisa meluangkan waktu untuk menulisakan beberapa ukiran kata. Tak perlu banyak, yang penting konsisten setiap harinya. Insya allah, harapanmu untuk menjebloskan naskah ke penerbit akan tercapai.
Tak ada penundaan, maka kekecewaan pun dijamin gak bakalan menghampiri. Tak hanya membuatmu kecewa, kebiasaan menunda-nunda tentunya tidak akan menghasilkan sebuah prestasi melainkan sebuah prustasilah yang akan Anda rasakan. Tipsnya Cuma satu, hilangkan kata “tapi” dan “nanti” dari benakmu, dengan begitu semua yang kamu cita-citakan perlahan akan terwujud dengan usaha dan kerja keras yang dilakukan.

Semoga Bermanfaat, :)
Jangan lupa, tinggalkan jejak ya! :)

Komentar

  1. 1 x titanium for sale - titanium-arts.com
    T-20-2020 at $7.95/gram, titanium welder the S1 version is the same as snow peak titanium spork T-40, but microtouch trimmer it men\'s titanium wedding bands has a lot titanium muffler more features to offer in the long-term.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KRITIK NOVEL “OF MICE AND MEN”

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL GADIS JAKARTA (NAJIB KAELANI) DAN NOVEL LAYAR TERKEMBANG (ST. TAKDIR ALISYAHBANA) (PENDEKATAN TEORI FEMINISME)