Mengenal Watermarks
Assalamu'alaikum....
Sahabat blogger, kali ini penulis ingin berbagi wawasan dan pengetahuan mengenai "Watermarks", semoga bisa bermanfaat !!! ^_^
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Filologi
Dosen Pengampu: Dr. Dedi Supriadi, M. Hum
Disusun oleh:
Kelompok 7
Sinta
Purnama 1125020095
Siti
Tsani Shofiyah 1125020109
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, Sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta segala
aturan-aturannya yang ada, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta
inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah singkat yang berjudul “Watermarks”
yang disajikan dalam mata kuliah Filologi. Lantunan shalawat serta iringan
salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah menuntun umatnya
dari zaman kebodohan menuju zaman kemajuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini, penulis
telah mendapatkan banyak bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyusun makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga amal baiknya dicatat sebagai amalan shaleh dan diterima di sisi Allah
SWT.
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap bahwa di balik
ketidaksempurnaan penulis dalam penyusunan makalah ini, dapat ditemukan sesuatu
yang memberikan manfaat bagi penulis dan
seluruh pembaca. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi perbaikan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Bandung, 10 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
D.
Kegunaan
Makalah...................................................................................... 2
E.
Prosedur
Makalah........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Watermarks................................................................................ 3
B.
Sejarah
Watermaks...................................................................................... 4
C.
Negara-Negara
Penghasil Kertas Watermarks............................................. 7
D.
Jenis-Jenis
Bentuk Watermarks................................................................... 8
A.
Simpulan.................................................................................................... 12
B.
Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Objek kajian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai
ungkapan pikiran dan perasaan yang merupakan hasil budaya bangsa masa lampau.
Tulisan tangan tersebut ditulis di atas kertas. Terdapat tiga jenis kertas yang dipergunakan untuk
menulis. Pertama adalah Kertas Eropa; kedua Kertas
Lokal dan yang ketiga adalah Kertas Gedog. Pada kertas
jenis pertama kita dapat menemukan
tanda/ cap air atau watermarks. Sedangkan pada jenis kertas kedua dan ketiga,
biasanya tanda/ cap air tidak bisa kita temukan. Memang pemberian cap air pada
proses pembuatan kertas lokal belum menjadi tradisi di kalangan produsen kertas
pada abad ke delapan belas hingga abad kedua puluh.
Kertas merupakan salah satu media menulis dan berperan sangat vital di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.[1]
Kertas merupakan salah satu media menulis dan berperan sangat vital di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.[1]
Kertas
yang berwatermarks akan dapat membantu dalam meneliti sebuah manuskrip, karena watermark
dapat bermanfaat untuk mengetahui umur suatu naskah. Oleh karena itu,
watermarks harus dipelajari, khususnya oleh filolog yang senantiasa meneliti
naskah-naskah klasik. Maka dari itu, dalam makalah ini penyusun akan membahas
mengenai definisi watermarks begitu pun sejarah keberadaan watermarks yang
dapat membantu dalam meneliti naskah-naskah kuno.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan watermarks?
2.
Bagaimana
sejarah watermarks?
3.
Negara
mana saja yang merupakan penghasil watermarks?
4.
Apa
saja jenis-jenis bentuk watermarks?
C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan sebagai berikut:
1.
Memahami
definisi watermarks.
2.
Mengetahui
sejarah watermarks.
3.
Mengetahui
Negara mana saja yang merupakan penghasil watermarks.
4.
Mengetahui
jenis-jenis bentuk watermarks.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini
disusun dengan harapan agar dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritik, makalah ini berguna sebagai pengetahuan
mengenai watermarks. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Penulis, sebagai wahana
pengembangan ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan serta pemahaman khususnya
mengenai watermarks.
2.
Pembaca/dosen, sebagai media informasi dan pengetahuan mengenai watermarks,
baik secara teoretik maupun praktik.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif. Data teoritis dalam
makalah ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka. Data tersebut diolah
dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut ke dalam konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Watermarks
Salah satu aspek kodikologis dari sebuah manuskrip
yaitu aspek watermark yang terdapat di kertas yang dipergunakan untuk
menulis.
Secara
etimologi, kata watermark dalam bahasa Jerman disebut wasserzeichen,
dalam bahasa Perancis disebut filigrane, dan dalam bahasa Belanda
disebut papiermerken. Sedangkan kata watermark itu sendiri
berasal dari bahasa Inggris. Penggunaan kata watermark sudah dimulai sejak
abad ke-18 dan para penulis Jerman baru menggunakan istilah wasserzeichen
pada abad ke-19. Istilah kata watermark digunakan bukan dikarenakan adanya
kandungan air yang dalam kertas tersebut. Kata watermark tidak
berhubungan dengan asal katanya seperti water yang berarti air. Namun,
istilah kata watermark itu
sendiri belum diketahui artinya.[2]
Menurut
Mary Lynn Ritzenthaler (1993: p. 158), watermark merupakan simbol atau gambar
yang terdapat pada sebuah kertas yang dapat terlihat jika kertas tersebut
diterawang ke arah cahaya. Dalam kertas buatan tangan, bentuk watermark sudah
menyatu dengan cetakan kertasnya.[3]
Adapun
pengertian lain mengenai watermarks ialah tanda / lambang pabrik pembuat
kertas tersebut yaitu dengan memakai daftar cap, sehingga dapat diketahui pada
tahun berapa kertas tersebut dibuat.[4] Dengan
kata lain watermarks (cap air) yaitu lambang pabrik pembuat kertas yang
menunjukkan tahun pembuatan kertas.
B.
Sejarah Watermarks
Untuk mengetahui asal mula keberadaan watermarks, kita harus mengetahui
bagaimana perkembangan industri kertas di Barat. Teknik yang dikembangkan mulai
pada akhir abad ke-13 tepatnya dari tahun 1264 di Febriano, Italia mengawali
suatu revolusi dalam industri kertas. Italia menjadi negara pengekspor pabrik
kertas yang modelnya bermunculan di berbagai negara Eropa. Produk tersebut
menyebar dengan cepat, dikarenakan biaya produksi yang terhitung lebih rendah. Kertas
tersebut ditandai dengan adanya kesan tanda di kertas, yang dinamakan
watermark, setiap lembar kertasnya terlihat motif yang terkadang disertai
dengan huruf.
[5]
Eropa membuat kertas watermark yang digunakan dalam manuskrip dari
pertengahan abad ke-8 atau abad ke-14, seperti yang ditunjukkan pada MS. Rabat
BGA D529 dari tahun 1349.
Dalam kekaisaran Ottoman, kertas watermark dari abad ke-9 atau abad
ke-15 ditemukan masih relatif banyak jenis kertas non watermark, yang sebagian
besar tetap dominan dan hal tersebut sebagai bukti kertas yang tidak
berwatermark pun masih bertahan/ ada.
Selama abad ke-10 atau abad ke-16, kertas Eropa dan kertas non
watermark sama-sama digunakan di seluruh kekaisaran Ottoman.
Pada tahun 1550, kertas non watermark dengan rantai garis tidak
lagi ditemukan dikarenakan penggunaan kertas watermark lebih diutamakan,
terutama kertas Venesia. Pada abad ke-11/ abad ke-17, di Turki, Suriah, dan
Mesir, mayoritas naskahnya disalin ke dalam kertas yang berwatermark. Dari
akhir abad ke-10 atau abad ke-16 sampai sekitar tahun 1650, kertas yang paling
sering ditemukan yaitu kertas watermark Venesia dan pada paruh abad ke-12 atau abad
ke-18, muncul kertas watermark dengan motif tiga bulan sabit (trelune),
bersamaan dengan tanda kertas Prancis/ kekaisaran.
Kertas Eropa di Iran dan India tidak begitu bertahan, Iran diimpor
Rusia yaitu kertas Austro-Hungaria yang dapat dilihat dalam manuskrip yang
disalin c. 1550 di Kabul untuk Kaisar Humayun Mughal (MS. Paris BNF Smith
Lesouef 216). Kertas yang berkualitas baik yang diproduksi di Deccan sangat
mendominasi pasar di Mughal India. Meskipun Muslim Barat mengadopsi kertas yang
diimpor dari Eropa lebih awal, kertas non watermark tetap diproduksi hingga
awal abad ke-14 atau abad ke-20.
Sebagai bukti perkembangan industri kertas di Asia Tengah (Bukhara, Samarkand, dan Ferghana) sampai
revolusi Rusia, naskah terus disalin ke dalam serat kertas dari serabut kulit kayu
(Ferghana) atau kain. Begitu halnya di India, kerajinan pembuatan kertas yang
rendah biaya produksinya sudah menjadi tradisi dalam hidup mereka yang menjamin
kelangsungan hidupnya sebagai tradisi yang tak ternilai harganya yaitu menjaga
teknik yang kuno.
Dalam suatu penelitian watermark dapat memungkinkan untuk
mengetahui tempat dan tanggal produksi suatu kertas dalam penyalinan naskah
untuk diidentifikasi. Jika suatu watermark dapat diidentifikasi maka dapat
dibandingkan langsung dengan item yang diselidiki.
Dari abad ke-16, cetakan pembuatan kertas mulai memasukkan countermark
(inisial desain atau sejenisnya).
Kertas yang didatangkan dari Eropa ini kadang-kadang dapat membantu
memberi petunjuk perkiraan umur naskah, terutama pada naskah yang tidak
mencantumkan waktu penulisan. Hal ini terjadi karena adanya tanda atau lambang
pabrik yang membuat kertas. Lambang itu disebut cap air (watermark).
Lambang ini membayang pada kertas apabila direntangkan pada sinar atau cahaya.
Bentuk lambang watermark ini sering kali diubah atau
diganti. Dengan meneliti daftar watermark, seseorang dapat mengetahui
kapan kertas itu dibuat. Terkadang tertera pula angka tahun pembuatannya.
Kertas yang ber-watermark ini dibawa dan didatangkan ke
Indonesia oleh VOC dan selanjutnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Karena
persediaan kertas pada waktu itu terbatas, maka kertas-kertas yang baru saja
datang tersebut segera habis terpakai, antara lain untuk menyalin naskah.
Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa naskah-naskah yang ditulis pada kertas
yang ber-watermark ini hanya dibuat selang beberapa tahun sejak kertas
itu dibuat. Jadi, umur naskah dapat diperkirakan tidak jauh berbeda dari umur
kertas.
Untuk mengamati watermark dalam suatu manuskrip bisa dimulai dengan
mencari contoh yang terbaca. Catatan yang teliti bisa mengamati tanda tersebut terbuat
dari apa, termasuk mengamati bentuk dan ukuran, penempatan rantai-garis juga
harus diukur. Namun, sangat jarang untuk menemukan referensi watermark yang
setara dengan segala yang diamati dalam naskah.
Pada kertas yang ber-watermark, biasanya tampak dua macam
garis, yaitu garis tebal (chain line) dan garis tipis (laid line).
Pengukuran kertas untuk keperluan kodikologi biasanya diterapkan pada kertas
semacam ini.[6]
Ada
peralatan-peralatan kuno yang bisa digunakan untuk membuat watermark atau tanda sebagai identifikasi pembuat
kertas. Salah satunya adalah alat pencetak kertas yang didalamnya terdapat
gambar atau simbol untuk mencetak watermark sebagai trademark dari
pembuat kertas tersebut.
Watermark pada abad
pertengahan biasa digunakan oleh pembuat kertas secara turun temurun sebagai simbol
propaganda keagamaan. Bangsa Eropa ketika abad pertengahan sangat dipengaruhi
oleh hal-hal mistik dan sektepuritan. Mereka mempercayai bahwasanya watermark
itu memiliki suatu makna atau pertanda yang tersembunyi. Seni pembuatan
kertas ini banyak dikembangkan oleh badan-badan keagamaan (Hunter, 1974: p.
259).[7]
Hingga saat
ini watermark masih digunakan dalam pembuatan kertas tetapi
penggunaannya hanya sebatas sebagai trademark saja. Namun, tampaknya
tetap ada segelintir orang-orang yang memproduksi kertas dengan watermark
yang memiliki arti atau makna dibalik simbol yang dibuatnya walaupun makna yang
tersimpan di dalamnya tidak terlihat dengan jelas.
Dahulu, ada yang mengatakan bahwa dalam setiap
buku terdiri dari satu watermark, namun ternyata hal tersebut belum
dapat dikatakan dengan pasti karena pada abad ke-15 ditemukan adanaya dua belas
watermark dalam satu buku. Ada yang mengatakan juga bahwasanya watermark
itu digunakan untuk membedakan ukuran kertas. Namun, menurut Hunter (1974:
p. 262) pernyataan tersebut tidak masuk akal. Karena jika hal itu terbukti
benar, maka setiap kertas akan membutuhkan banyak cetakan dan para pekerja
dapat menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
C.
Negara-Negara Pengahasil Kertas Watermarks
Kertas ditemukan di Cina pada tahun 105 M,
yaitu abad ke-5 sebelum datangnya Islam. Adapun negara lainnya yang
mengembangkan industri kertas diantaranya:[8]
a. Tahun 1100 terdapat pabrik kertas di Fez
b. Abad ke-12 pembuatan kertas di Spanyol
c. Tahun 1276 pembuatan kertas di Italia
(Febriano)
d. Tahun 1338 pembuatan kertas di Perancis
e. Tahun 1398 pembuatan kertas di Nurenberg,
Jerman
f. Tahun 1438 pembuatan kertas di Gennep,
Belanda
Abad ke-17 Amsterdam sebagai penghasil
kertas untuk Jerman dan Perancis. Sebelumnya Belanda sebagai pengimpor kertas
dari Jerman, Perancis, dan Swiss.
Adapun kertas di Indonesia ada tiga macam,
yaitu berasal dari Belanda, Inggris (lewat Malaysia) dan dari Italia. Abad ke-19
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan khusus sebagai pengekspor kertas ke
Indonesia yang sangat menopang keberlanjutan pabrik-pabrik kertas di Belanda.
Adapun perkembangan selanjutnya di industri
kertas yaitu munculnya kertas yang ada cap atau tandanya dan disebut dengan
watermark. Cap kertas yang tertua adalah Fabriano buatan Italia yaitu abad ke-
13. Negara-negara
yang bisa dikaitkan dengan watermark adalah Perancis, Jerman, Italia,
Rusia, Belanda, Spanyol, dan Inggris.
Keberadaan watermarks akan membantu dalam mengetahui umur suatu
naskah. Watermarks merupakan tanda atau
cap air di atas kertas. Kertas tersebut didatangkan dari Eropa, kemudian segera
dipakai karena persediaannya terbatas, sehingga umur naskah dapat diperkirakan
tidak jauh berbeda dari umur kertas.[9]
Contoh
keberadaan watermarks di dalam naskah, salah satunya yang terdapat di dalam
naskah yang berjudul “Safinatun Naja”, no naskahnya A. 592 yang disimpan di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam naskah tersebut terdapat
watermark yaitu badan singa bersayap dan berkepala burung yang terdapat di
dalam medali berbentuk lingkaran.[10]
D.
Jenis-Jenis Bentuk Watermarks
Dalam sejarah perkembangannya kertas
terdiri dari kertas khusus dan kertas berwarna. Di antara contoh tertua yang
masih ada yaitu kertas dengan corak kecoklatan warna krem. Tapi kertas berwarna
itu tentu tidak dikenal di dunia Islam, baik itu awalnya imitasi perkamen[11]
berwarna Barat atau kertas berwarna Cina. Tidak ada contoh dari zaman dahulu
yang telah dicatat, bagaimanapun, dan meskipun diketahui bahwa praktik tersebut
sudah ada di abad kelima / kesebelas, sejarah praktik menimbulkan banyak
pertanyaan.
Penggunaan kertas berwarna terdapat pada naskah yang sebagian
diberikan dan disalin di atas kertas berwarna, misalnya, MS. Paris BNF arabe
147, dari Mesir, di mana lembar 231-321 kertas merah muda.
Contoh naskah yang penuh dengan lembaran kertas berwarna, tidak
begitu banyak ditemukan, dari abad ke-8 / abad ke-14 Spanyol ke Jalayirid Iran,
daun berwarna kuning, salmon (Illus. 35) muncul bergantian dalam naskah Kitab
Suci (Ms Paris BNF persan 3) disalin di Solghat di 1374 dalam gaya Jalayirid.
Sebuah naskah bilingual disalin pada tahun 1391 di Baghdad (MS. Paris BNF arabe
3365) berisi jumlah halaman berwarna merah muda, di tempat lain, disalin pada
tahun 1413 di Baghdad (MS. Suppl BNF. Persan 1531), banyak halaman berwarna
kuning.[12]
Abad ke-9 atau abad ke-15 menandai zaman keemasan untuk kertas
berwarna dan dihiasi kertas di Iran, dan saat itulah bermunculan sejumlah
teknik khusus. Kertas pada waktu itu umumnya menggunakan teknik celup. Lembaran
kertas berwarna yang telah bebercak dengan warna yang berbeda. Contohnya
ditemukan di MS. Paris BNF suppl. persan 1473, datanya ke ca. 1470-1480: lembar
82, 141, 146, 157 dan 160 menunjukkan bintik-bintik merah.
Resep untuk mendapatkan warna yang sangat bervariasi ditemukan
terutama pada abad ke-9 atau abad ke-15, Mughal, India juga mengalami mode
tersendiri dalam warna dan hiasan
kertas.
Adapun kertas dengan bayangan hitam, kertas berbintik emas, kertas
marmer. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat teknik dekorasi kertas lainnya yang
dikembangkan. Silhouette (bayangan hitam/ gelap) kertas yang diproduksi dengan
cara dua proses yang berbeda, satu dipraktikkan pada abad ke-9 atau abad ke-15 di Persia dan yang lainnya di
kekaisaran Ottoman (Illus. 45, 49).
Pada akhir abad ke-9 atau abad ke-15 di Herat, jenis tata letak
halaman dikembangkan dan adanya peningkatan selama abad ke-10 atau abad ke-16
di Persia, Turki dan India. Pada akhir abad ke-10 atau abad ke-16, kertas
dengan bintik emas (Illus. 48), yang muncul di Persia pada tahun 1460. Marmer/
pualam adalah salah satu upaya berkelanjutan yang diamati di Persia, dalam
menghasilkan kertas dengan penampilan bervariasi yang dirancang untuk memenuhi
tujuan tertentu (Illus . 50). Perawatan yang ditujukan untuk kertas dan
penampilannya, serta dekorasi, itu sangat jelas di Persia dan peradaban Ottoman
masih mendapat pengaruh model Cina.
Adapun di Eropa, kertas yang dibuat pada abad ke-15
dan 16 tidak terlalu banyak jenisnya dibandingkan tahun-tahun setelahnya karena
terbatasnya permintaan dan kebutuhan dari masyarakat terhadap kertas tersebut.
Pada zaman dahulu, kertas jarang dipotong dalam pembuatannya. Kertas-kertas tersebut
dibiarkan membentuk ukuran asli dari cetakannya.
Sifat dari
kertas pada zaman itu tidak pernah seragam. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya percampuran bahan kimia dalam proses pembuatannya. Hal ini menjadikan
kualitas dari kertas-kertas tersebut menjadi bervariasi pula, ada yang bagus da
nada yang rendah. Tingkatan kualitas ini dapat dilihat dari warna kertas yang
muncul setelah proses pembuatan kertas selesai dilakukan. untuk kertas dengan
kualitas terbaik berwarna krem (creamy), sedangkan untuk kualitas yang
rendah kertas tersebut tidak berwarna (discoloured), dan bahkan
kadang-kadang ada yang berwarna abu-abu gelap (Hunter, 1974:p. 224).[13]
Ketika musim
hujan, air yang digunakan untuk pembuatan kertas dianggap dapat mempengaruhi
tinta dari kertas karena pada musim ini air menjadi kurang jernih sehingga
mempengaruhi hasil dalam pembuatan kertas. Hasil dari air yang kurang jernih
ini akan menimbulkan warna yang agak keruh pada permukaan kertas. Sebagai catatan, hasil produksi kertas yang dibuat di Inggris masih
kasar dan berwarna keabu-abuan. Kertas tersebut diproduksi hingga sekitar akhir
abad ke-17. Cara pembuatan kertas ini diperkenalkan ke rakyat Amerika.
Untuk
mengetahui tahun pembuatan kertas pada
abad ke-15 dan 16 hampir sulit untuk diidentifikasi, kecuali dengan mengetahui
ketidaksempurnaan yang telah dijelaskan sebelumnya seperti adanya lingkaran
transparan dan seperti ada bubuk merica di atas permukaannya (Hunter, 1974:p.
226).
Hal lain
terkadang ditemukan namun tidak umum
pada kertas Eropa terdahulu adalah adanya rambut yag jatuh dari kepala para
pekerja. Selain itu di museum kertas ada juga kertas pada abad ke-15 yang
terdapat nyamuk yang telah menyatu di dalamnya. Hal ini dapat terlihat jika
kita menerawangnya.
Simbol
watermark banyak ditemukan dalam bentuk binatang. Ada yang berbentuk gajah,
harimau, kambing, domba, naga, kucing, kuda, dan kijang. Jenis-jenis binatang
ini biasa ditemukan dalam watermark dari pertengahan abad ke-14. Sedangkan simbol
binatang ayam jago bukanlah suatu tanda yang umum ditemukan pada kertas Eropa
pada zaman itu. Namun, di Perancis banyak juga ditemukan contoh watermark dalm
bentuk ayam jago pada buku-buku antik dan manuskrip. Simbol ayam jago ini
terlihat jelas dengan bentuk paruh terbuka untuk melambangkan dimulainya
matahari terbit. Selain itu, ada juga watermark yang ditemukan dalam bentuk
jenis burung dengan berbagai bentuk pada alat-alat pencetak mereka. Ada pula
yang menemukan lambang ikan dengan jumlah yang tidak terbatas seperti halnya
udang yang hidup di lautan (Huntet, 1974: p. 272).[14]
Adapun dari referensi lain menyatakan bahwa
macam-macam bentuk watermark yaitu: [15]
a. Pro patria, Foolschap (Belanda), tahun 1704-1810
b. Lambang Amsterdam tahun 1635-1796
c. Penunggang kuda kerajaan Belanda tahun 1762-1796
d. Gambar dengan tulisan Made in Austria
e. Gambar monogram kerajaan Inggris tahun 1687-1775
f. Strasbury Lily (abad ke-17)
g. Gambar tujuh provinsi, Singa, Pedang tahun
1656-1800
h.
Sarang lebah Tuan Hong tahun 1683-1807
Adapun buku yang menjadi pedoman tentang watermarks yaitun Watermark
in Paper in Holland, England, France, etc., in the XVII and XVIII Centuries and
their Interconection ditulis oleh W.A. Churchiel terbit tahun 1935 dan Watermark
Mainly of the 17th and 18 th centuries ditulis oleh
Edward Meawood terbit tahun 1950.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Watermark merupakan
simbol atau gambar yang terdapat pada sebuah kertas yang dapat terlihat jika
kertas tersebut diterawang ke arah cahaya. Dalam kertas buatan tangan, bentuk watermark
sudah menyatu dengan cetakan kertasnya. Adapun
pengertian lain mengenai watermarks ialah tanda / lambang pabrik pembuat
kertas tersebut yaitu dengan memakai daftar cap, sehingga dapat diketahui pada
tahun berapa kertas tersebut dibuat.
Teknik yang dikembangkan mulai pada akhir abad ke-13 tepatnya dari
tahun 1264 di Febriano, Italia mengawali suatu revolusi dalam industri kertas
yaitu munculnya kertas berwatermark. Simbol watermark banyak ditemukan
dalam bentuk binatang. Ada yang berbentuk gajah, harimau, kambing, domba, naga,
kucing, kuda, kijang dan sebagainya.
Keberadaan watermarks akan membantu dalam mengetahui umur suatu
naskah. Watermarks merupakan tanda atau
cap air di atas kertas. Kertas tersebut didatangkan dari Eropa, kemudian segera
dipakai karena persediaannya terbatas, sehingga umur naskah dapat diperkirakan
tidak jauh berbeda dari umur kertas.
B.
Saran
Dalam meneliti suatu manuskrip, watermark sebagai salah satu aspek
kodikologis dapat membantu peneliti dalam mengamati manuskrip yang sedang
ditelitinya. Maka dari itu, akjian watermark hendaknya harus dikuasai oleh
seorang peneliti atau seorang filolog, hal ini akan membantu peneliti untuk
mengetahui umur suatu naskah.
Dedi Supriadi. 2011. Aplikasi
Metode Penelitian Filologi. Pustaka Rahmat: Bandung.
Elis Suryani NS. 2012. Filologi.
Ghalia Indonesia: Bogor.
Fadliah. 2010. Skripsi “Pelestarian Naskah Kertas Eropa di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia”.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan: Depok.
http://arnolsuryadixi.blogspot.com/2013/06/sejarah-kertas.html, diakses pada tanggal 01 Maret 2015,
pukul. 15.58.
https://nonaafiliasi.wordpress.com/2013/12/27/kodikologi/, diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul. 16.26.
https://seduhteh.wordpress.com/2012/07/03/watermark-dan-background-pada-microsoft-office-word/,
diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul. 17.22.
Islamic Codicology “An Introduction to The Study of Manuscripts in
Arabic Sript”. 2005. Al
Furqan Islamic Heritage Foundation no. 102: London.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) v1.1.
[1]https://seduhteh.wordpress.com/2012/07/03/watermark-dan-background-pada-microsoft-office-word/,
diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul. 17.22.
[2]Fadliah. 2010. Skripsi “Pelestarian Naskah Kertas Eropa di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia”.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan: Depok, hal.
17.
[3] Ibid.,
[4] http://arnolsuryadixi.blogspot.com/2013/06/sejarah-kertas.html, diakses pada tanggal 01 Maret 2015,
pukul. 15.58.
[5] Islamic Codicology “An Introduction to The Study of Manuscripts
in Arabic Sript”. 2005. Al Furqan Islamic Heritage Foundation no. 102: London,
hal. 57.
[6] https://nonaafiliasi.wordpress.com/2013/12/27/kodikologi/, diakses
pada tanggal 01 Maret 2015, pukul. 16.26.
[7] Fadliah. 2010.
Skripsi “Pelestarian Naskah Kertas Eropa di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia”. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Studi Ilmu Perpustakaan: Depok, hal. 18.
[8] https://oranyedotcom.wordpress.com/2011/12/03/kodikologi/, diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul
16.19.
[9] Elis Suryani
NS. 2012. Filologi. Ghalia Indonesia: Bogor, hal. 53.
[10] Dedi Supriadi.
2011. Aplikasi Metode Penelitian Filologi. Pustaka Rahmat: Bandung, hal. 59.
[11] Alat tulis
pengganti kertas yang terbuat dari kulit binatang.
[12] Islamic
Codicology “An Introduction to The Study of Manuscripts in Arabic Sript”. 2005. Al
Furqan Islamic Heritage Foundation no. 102: London, hal. 60.
[13] Fadliah. 2010. Skripsi “Pelestarian Naskah Kertas Eropa di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia”.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan: Depok, hal.
16.
[14] Ibid., hal.
19.
[15] https://oranyedotcom.wordpress.com/2011/12/03/kodikologi/, diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul
16.19.
[16]https://nonaafiliasi.wordpress.com/2013/12/27/kodikologi/, diakses pada tanggal 01 Maret 2015, pukul 16.26.
NB: Jangan lupa tinggalkan jejak untuk perbaharuan menuju kesempurnaan, ;)
Terimakasih atas kunjungannya....:)
Komentar
Posting Komentar